Wednesday, November 4, 2015

[Cerita Relawan] Kak Tika dan Aulia

RumahlebahPAY, Jakarta (4/11) - Muara Bahari, Tanjung Priuk. Mendengar nama kawasannya saja, banyak yang langsung ciut. Begitu pun saya, sebenarnya. Lalu mengapa saya berani menjadi relawan pengajar di sini?

Semangat belajar mereka. Sungguh, saya merasa bahwa anak-anak di sana sangat membutuhkan kami. Perasaan dibutuhkan tersebut akhirnya menghasilkan perasaan yang berbeda. Saya merasa berharga, menghargai hidup, bersyukur dan ingin berbagi dengan mereka. Salah satunya adalah Aulia.

Awal kami bertemu Aulia, ia begitu pemalu--agak minder--karena kondisi hidupnya. Ia adalah seorang anak perempuan berumur 11 tahun, belum bisa baca dan tulis. Putus sekolah dari kelas 2 SD. Ibunya telah meninggal. Bapaknya bekerja sebagai tukang sapu. Namun Aulia tinggal bersama nenek dari ibunya dan dua orang om, adik ibunya di kamar satu petak. Kami melihat ada kemauan belajar yang kuat dari Aulia, hanya saja ia tidak tahu bagaimana caranya. Maka kami pun menawarkannya untuk belajar baca dan tulis secara intens. Saat ditawari, Aulia menangis terharu dan gembira sekali.

"Kapan kamu mau mulai belajarnya?" tanya kami.

"Besok, Kak. Aku mau belajar secepatnya."

Antusiasme itulah yang banyak saya temukan di Muara Bahari ini. Aulia pun mulai belajar secara intens di hari Kamis, 22 Oktober 2015. Jadwal khusus Aulia adalah hari senin, rabu, kamis dan jum'at. Ada Kak Nana, Kak Marini, dan saya yang mengajarnya. Memang baru dua minggu dari awal Aulia belajar hingga cerita ini ditulis, tapi ada perubahan besar yang saya rasakan. Jika diperhatikan, sekarang Aulia lebih ceria dibandingkan kali pertama kami berjumpa.

*Chyntiarama Fajriyan Tika

0 comments:

Post a Comment